Pada 20 Februari 2025, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami pelemahan signifikan, mencapai level Rp 16.359 per dolar AS.
Sementara itu, beberapa mata uang Asia lainnya justru menunjukkan penguatan terhadap dolar AS. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan rupiah di tengah dinamika mata uang regional.
Kondisi Rupiah Terkini
Mengutip data Bloomberg, pada pukul 12.00 WIB, kurs rupiah berada di Rp 16.359 per dolar AS, melemah 81,5 poin atau 0,50% dibandingkan penutupan sebelumnya.
Pelemahan ini terjadi meskipun Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan 7-day reverse repurchase rate di level 5,75%. Keputusan ini diambil dengan pertimbangan untuk menjaga stabilitas rupiah di tengah ketidakpastian global.
Perbandingan dengan Mata Uang Asia Lainnya
Sementara rupiah melemah, beberapa mata uang Asia lainnya menunjukkan tren positif terhadap dolar AS. Misalnya, yen Jepang menguat 0,23% menjadi 157,6 yen per dolar AS, dan peso Filipina naik 0,18% menjadi 57,8 peso per dolar AS.
Penguatan ini sebagian besar didorong oleh sentimen positif investor terhadap prospek ekonomi negara-negara tersebut.
Faktor Penyebab Pelemahan Rupiah
Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap pelemahan rupiah antara lain:
- Kondisi Ekonomi Global: Ketidakpastian ekonomi global, termasuk penguatan dolar AS dan ketegangan geopolitik. Memberikan tekanan pada mata uang negara berkembang seperti Indonesia.
- Pertumbuhan Ekonomi Domestik: Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2024 tercatat sebesar 5,03%. Yang merupakan laju paling lambat dalam tiga tahun terakhir dan di bawah target pemerintah sebesar 8%. Hal ini mempengaruhi kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi Indonesia.
- Kebijakan Moneter: Meskipun BI mempertahankan suku bunga acuan, bank sentral mengindikasikan kemungkinan penurunan suku bunga lebih lanjut untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun, langkah ini akan sangat bergantung pada dinamika ekonomi global dan stabilitas.
Upaya Stabilisasi oleh Bank Indonesia
Untuk mengatasi tekanan terhadap rupiah, BI telah mengambil beberapa langkah, antara lain:
- Intervensi Pasar: BI siap melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk menjaga stabilitas rupiah.
- Kebijakan Likuiditas: Mulai 1 April, BI akan memberlakukan kebijakan yang memungkinkan bank-bank mempertahankan cadangan yang lebih rendah jika mereka menyalurkan kredit ke sektor-sektor prioritas. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan likuiditas dan mendorong pertumbuhan kredit.
Kesimpulan
Pelemahan rupiah ke level Rp 16.359 per dolar AS di tengah penguatan beberapa mata uang Asia lainnya mencerminkan tantangan yang dihadapi Indonesia dalam menjaga stabilitas mata uangnya. Faktor-faktor eksternal seperti kondisi ekonomi global dan internal seperti pertumbuhan ekonomi domestik memainkan peran penting dalam pergerakan nilai tukar. Oleh karena itu, koordinasi antara kebijakan moneter dan fiskal menjadi kunci dalam menjaga kepercayaan investor dan stabilitas ekonomi Indonesia.
